Selayang Pandang

Di tengah jaman yang serba modern dan berbagai macam peralatan yang serba canggih, ternyata masih banyak orang yang tinggal di dalam kegalauan. Entah itu masalah keluarga, pekerjaan, asmara, dan masalah lain yang bisa membuat hati seseorang berdiri di atas rasa bimbang, ragu dan putus harapan. Cara - cara tiap individu dalam menyikapi ada yang cara yang benar dan positif, tentu hasil yang di dapat juga positif. Tetapi jika seseorang sudah benar-benar di tengah kekalutan dan jiwa keimanannya tipis, maka cara menyikapi masalah cara yang salah dan negatif. Dan kita yakini juga yakin pula hasil yang di capai juga akan salah atau bahkan juga bisa menyusahkan seseorang tersebut

Rabu, 28 Juli 2010

Iseng

Entah kenapa hari ini aku punya ide untuk menumpahkan unek-unek yang ada di otakku ini, atau ini memang hoby yang mesti disalurkan. Walaupun dengan tulisan-tulisan yang tidak ada artinya, atau bahkan hal-hal kecil yang sebagian orang menyepelekannya. Dengan berbekal gitar tua yang aku punya terlantun tembang lawas dari seorang penyanyi idolaku " Iwan Fals "


Jreng......jreng.....jreng....
terdengar suara petikan gitar diiringi suaraku yang juga fals

Berjalan seorang lekaki muda
Dengan jaket lusuh dipundaknya
Di sela bibir tampak mengering
Terselip s'batang rumput liar
Jelas menatap awan berarak
Wajah murung s'makin terlihat
Dengan langkah gontai tak terarah
Keringat bercampur debu jalanan

Engkau sarjana muda
Resah mencari kerja
Mengandalkan ijazahmu
Empat tahun lamanya
Bergelut dengan buku
'Tuk jaminan masa depan
Langkah kakimu terhenti
Di depan halaman sebuah jawaban

Termenung lesu engkau melangkah
Dari pintu kantor yang diharapkan
Terngiang kata tiada lowongan
Untuk kerja yang didambakan
Tak peduli berusaha lagi
Namun kata yang sama yang kau dapatkan
Jelas menatap awan berarak
Wajah murung s'makin terlihat

Engkau sarjana muda
Resah mencari kerja
Mengandalkan ijazahmu
Empat tahun lamanya
Bergelut dengan buku
Sia - sia semuanya
Setengah putus asa dia berucap
"maaf ibu....."



Timbul pertanyaan dalam hatiku, bagaimana nanti aku, anak cucuku, buyut cicitku di kemudian hari...? apa yang bisa aku tinggalkan bagi mereka ? entah... aku pun sendiri tak tahu jawabannya. Hanya kepada Tuhan Yang Maha Pengasih aku bermohon.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar