Selayang Pandang

Di tengah jaman yang serba modern dan berbagai macam peralatan yang serba canggih, ternyata masih banyak orang yang tinggal di dalam kegalauan. Entah itu masalah keluarga, pekerjaan, asmara, dan masalah lain yang bisa membuat hati seseorang berdiri di atas rasa bimbang, ragu dan putus harapan. Cara - cara tiap individu dalam menyikapi ada yang cara yang benar dan positif, tentu hasil yang di dapat juga positif. Tetapi jika seseorang sudah benar-benar di tengah kekalutan dan jiwa keimanannya tipis, maka cara menyikapi masalah cara yang salah dan negatif. Dan kita yakini juga yakin pula hasil yang di capai juga akan salah atau bahkan juga bisa menyusahkan seseorang tersebut

Jumat, 06 Agustus 2010

Menghargai Kebaikan Orang Lain

Berusaha untuk menghargai kebaikan orang lain adalah perbuatan yang sangat mulia. Itulah pelajaran yang sudah diajarkan oleh orang tua kita dulu waktu kita kecil. Orang tua kita selalu menuntun dan mengingatkan kita untuk selalu mengucapkan terima kasih kepada orang yang telah memberikan jajan atau uang recehan kepada kita. Seberapapun kecil dan murahnya jajan atau uang yang orang berikan.

Tapi yang namanya memberi adalah suatu kebaikan, apalagi kebaikan yang dibarengi dengan rasa keikhlasan hanya mengharap ridho dari sang Pencipta. Begitulah orang tua kita tanpa bosan dan putus asa senantiasa menuntun dan mengingatkan kita akan pentingnya menghargai kebaikan orang lain, seberapapun kecilnya.

Kalau kita mau jujur melakukan kebaikan itu tidaklah selalu mudah dan murah. Yang bisa jadi dilihat dari dzohirnya kebaikan yang orang lakukan itu kita bilang mudah dan murah. Namun bisa jadi berbeda bagi si pelaku kebaikan tersebut. Bagi sipelaku kebaikan mungkin saja kebaikan yang sederhana namun dalam prakteknya dia harus melakukan pengorbanan yang luar biasa; berkeringat, capek, berkorban perasaan, bahkan berdarah-darah. Yang realitanya berbagai pengorbanan itu tidak nampak oleh kita “si penerima kebaikan”.

Sebuah contoh sederhana saja. Menghadiri undangan pernikahan ‘kondangan’. Yang namanya kondangan intinya adalah datang , kemudian masukan amplop ke bok amplop, memberi selamat kepada yang punya hajat dan makan dan pamit terus pulang. Sederhana bukan?

Tapi pernahkan anda berfikir bahwa untuk hadir ke kondangan orang itu harus menyetrika baju, menyemir sepatu, beli minyak rambut, beli parfum, harus ninggalin anak yang lagi sakit, harus ninggalkan pekerjaan padahal sedang ada deadline, yang risikonya kalau pekerjaan itu tidak rampung maka ia akan dipecat dari kerjaan. Dan mungkin anda tidak membayangkan bahwa uang untuk kondangan adalah hasil dari mengutang ketetangga sebelah. Dan mungkin juga ia datang hanya karena tidak enak kalau tidak datang nanti dianggap tidak menghormati. Dan lain-lain pengorbanan yang dilakukan hanya seseorang ingin kondangan.

Jadi kesimpulannya adalah tidak cukup menghargai kebaikan orang lain hanya dengan kebaikannya. Namun hargailah kebaikan orang lain dengan menghargai prosesnya. Yang mungkin kita tidak pernah tau seperti apa prosesnya.

Wallahu’alam

1 komentar:

  1. mantap flend ae..
    salut q..moga jd renungan qt bersama..
    Key... nice info ny.

    BalasHapus