Selayang Pandang

Di tengah jaman yang serba modern dan berbagai macam peralatan yang serba canggih, ternyata masih banyak orang yang tinggal di dalam kegalauan. Entah itu masalah keluarga, pekerjaan, asmara, dan masalah lain yang bisa membuat hati seseorang berdiri di atas rasa bimbang, ragu dan putus harapan. Cara - cara tiap individu dalam menyikapi ada yang cara yang benar dan positif, tentu hasil yang di dapat juga positif. Tetapi jika seseorang sudah benar-benar di tengah kekalutan dan jiwa keimanannya tipis, maka cara menyikapi masalah cara yang salah dan negatif. Dan kita yakini juga yakin pula hasil yang di capai juga akan salah atau bahkan juga bisa menyusahkan seseorang tersebut

Jumat, 08 Oktober 2010

Enam Tipe manusia Berdasarkan Nilai

Nilai bukan saja membedakan tingkatan manusia, tetapi juga membedakan kualitas manusia. Dahulu Plato membagi manusia berdasarkan tiga nilai : keberanian, kesenangan dan kebijaksanaan. Nilai keberanian di anut oleh para prajurit, nilai kesenangan di anut oleh para pedagang dan nilai kebijaksanaan di anut oleh filosof.

Seorang psikolog Jerman (Sprangers) menyebutkan ada enam tipe manusia berdasarkan nilai yang menguasai dirinya :

Pertama : Manusia Teoritis
Manusia dengan tipe ini nilai utama baginya adalah mnemukan kebenaran. Ia senang mengumpulkan informasi, menganalisis, mengkritik dengan menggunakan nalarnya. Ia tahan tidak tidur semalaman ketika merenung atau membaca buku.

Kedua : Manusia Ekonomis
Manusi dengan tipe ini baik buruknya sesuatu diukurnya dari segi untung ruginya. Perhatian utamanya pada kepemilikan kekayaan, pada materi yang dapat dilihat. Ia sanggup melek sepanjang malam, selama ia mengerjakan sesuatu yang menghasilkan uang / dolar banyak.

Ketiga : Manusia Estetis
Bagi manusia dengan tipe ini penilaian tertinggi terletak pada bentuk dan harmoni, Ia tidak perlu seorang seniman tetapi ia begitu tertarik pada pengalaman-pengalaman artistik, pada keindahan. Ia mau mengorbankan apapun untukmenikmati keindahan yang dikaguminya.

Keempat : Manusia Sosial
Ia meletakan nilai terbesar pada kasih-sayang dan cinta. Demi persahabatan, ia rela mengorbankan kekayaannya ; bahkan bisa-bisa keyakinannya. Ia tidak sanggup bila sendirian . Ia selalu ingin "in" Ia menemukan kenikmatan didalam penghargaan dan populeritas. Umumnya mansuia sosial itu menarik dan simpatik.

Kelima : Manusia Politis
Orang ini selalu bekerja sebagai politisi atau penguasa. Siapa saja yang terutama tertarik pada kekuasaan dan pengaruh adalah manusia politis. Ia memperoleh kenikmatan dalam mengalahkan saingannya atau kontestan lainnya. Untuk kekuasaan ia bisa saja mengorbankan persahabatan (yang diutamakan manusia sosial) atau kekayaan (yang diutamakan manusia ekonomis) atau bahkan keindahan (yang diutamkan manusia estetis).

Keenam : Manusia Religius
Orang ini memperoleh kebahagiaan dalam mendekati Tuhan, dalam berpadau dengan kosmos, dalam pengalaman mistikal. Ia tidak lagi menghiraukan ilmu, kekayaan, keindahan, kasih sayang, atau kekuasaan. Ia memandang semua itu sebagai keduniawian.

Itu menurut psikolog Jeman (Sprangers) terus bagimana menurut sudut pandang agama ? nilai mana yang di jadikan tolak ukurnya ? mungkin berikut ini hanya salah satu yang diduga mendasari nilai-nilai dari sudut pandang agama, yang sebagian besar ulama-ulama menyebutnya wara' . Wara' secara harfiah artinya menahan diri, berhati-hati atau menjaga diri supaya tidak jatuh dalam kecelakaan.

Secara singkat wara' adalah nilai kesucian diri. Orang Islam mengukur keutamaan, makna atau keabsahan gagasan dan tindakan dari sejauh mana keduanya memproses penyucian diri. Islam menyerukan orang untuk berlomba-lomba menyucikan dirinya. Kita dipersilahkan mencari kekayaan sebanyak-banyaknya, asal kekayaan itu tidak untuk mencemari diri. Kita di tuntut untuk menuntut ilmu, untuk dapat meningkatkan kesucian diri. Carilah cinta yang suci, nikmatilah keindahan yang suci.

Sebagai ilustrasi Ahli Bayt adalah orang yang paling dikasihi Allah, bukan karena hubungan darah dengan Nabi, tetapi karena kesucian diri mereka. Diriwayatkan seorang sahabat Nabi (Salman) ketika terjadi Perang Khandaq, ketika kelompok-kelompok menggali parit, kaum Muhajiri berkata"Salman minna. " ( Salman dari golongan kami). Anshar pun berkata " Salman minna ". Rasul berkata " Salman minna, Ahlul Bayt." Salman mendapat penghargaan sebagai Ahlul Bayt karena ia terkenal wara' . Ia meninggalkan kelurganya dan tanah airnya menjelajah berbagai negeri, sampai menerima posisi sebagai budak belian, hanya karena ia ingin mendekati manusia suci yang dijanjikan dalam kitab-kitab suci terdahulu.

Ketika diangkat menjadi gubernur pada zaman pemerintahan Umar, ia ditemukan orang memikiul barang buat yang lain. Ia tidak mau memakan tunjangan jabatannya. Bukan karena gaji itu haram. Ia lebih memilih makan dari hasil keringatnya sendiri. Ia merasa itulah hartanya yang paling bersih.

Sekarang bagaimana dengan kita ? akankah kita memilih hidup yang bersih atau tidak ? walaupun harus mengorbankan keuntungan, kekuasaan, popularitas dan sebagainya, berbahagialah jika kita memilih pilihan hidup yang bersih.

Semoga bermanfaat

(Disadur dari : Buku Membuka Tirai Kegaiban (Renungan-Renungan Sufistik oleh KH. Jalaluddin Rakhmat)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar